Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain :
1. Hukum Ta’awuz dan Basmalah
Isti’azah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : “A’uzubillahi minasy syaitaanir rajiim” (ﺍﻋﻮﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
cara melafazkan basmalah adalah bunyinya:
“Bismillahir rahmaanir rahiim” (ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).
Terdapat 4 cara membaca iati’azah, basmalah dan surat :
a. memutuskan isti’azah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
b. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
c. membaca isti’azah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
d. membaca isti’azah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.
Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah suatu keharusan dengan tujuan :
a. Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain
b. Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran
c. Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran
d. Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.
Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :
A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari :
Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).
1. Izhar Halqi
Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah(ء), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), dan ha’ (ﮬ). Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.
Contoh : نَارٌ حَامِيَةٌ
2. Idgham
Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya’ (ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
3. Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ harus dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas.
4. Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ harus dibaca Layumbażanna
5. Ikhfa’ haqiqi
Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ
B. Hukum mim mati
Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati (مْ) yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda warna (biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1. Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)
2. Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Contoh : (أَم مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)
3. Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)
C. Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ
D. Hukum alif lam ma’rifah
Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
- Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(ء), ba’(ب), jim (ج), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa’ (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau(و), ha’ (ﮬ) dan ya’ (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar(ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
- Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ت), tha’ (ث), dal(د), dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam(ل) dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
- Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
- Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
- Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ
F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
Hukum Mad terbagi menjadi 2, yaitu :
A. Mad Asli (ﺃﺻﻠﻰ )
B. Mad Far'i (ﻓﺮﻋﻰ )
A. Mad Asli (ﺃﺻﻠﻰ )
B. Mad Far'i (ﻓﺮﻋﻰ )
A. Mad Asli (ﺃﺻﻠﻰ )
Mad Thobi'i
Mad Thobi’i adalah bacaan panjang (mad) yang terjadi karena hadirnya huruf-huruf mad, ( ا ~ alif, sebelumnya ada fathah, يْ~ ya' mati, sebelumnya ada kasrahdan وْ ~ wawu mati, sebelumnya ada dhommah), tanpa adanya sebab lain.
Diberi nama Mad Thobi’i karena madnya berlaku sesuai tabi’at aslinya, sehingga disebut juga dengan “Mad Asli” . Ukuran panjangnya adalah 2 harakat/ketukan.
Mad Thobi'i
Mad Thobi’i adalah bacaan panjang (mad) yang terjadi karena hadirnya huruf-huruf mad, ( ا ~ alif, sebelumnya ada fathah, يْ~ ya' mati, sebelumnya ada kasrahdan وْ ~ wawu mati, sebelumnya ada dhommah), tanpa adanya sebab lain.
Diberi nama Mad Thobi’i karena madnya berlaku sesuai tabi’at aslinya, sehingga disebut juga dengan “Mad Asli” . Ukuran panjangnya adalah 2 harakat/ketukan.
B. Mad Far'i (ﻓﺮﻋﻰ ), Far’i artinya : bagian atau cabang.
Mad Far'i terbagi menjadi beberapa yaitu :
1. Mad Wajib Muttashil ~ مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ
2. Mad Jaiz Munfashil ~ مَدْ جَائِزْ مُنْفَصِلْ
3. Mad 'Aridh Lissukun ~ مَدْ عَارِضْ لِلسُّكُوْنْ
4. Mad Badal ~ مَدْ بَدَلْ
5. Mad 'Iwadh ~ مَدْ عِوَضْ
6. Mad Layyin ~ مَدْ لَيِّنْ
7. Mad Tamkin ~ مَدْ تَمْكِيْنْ
8. Mad Farqi ~ مَدْ فَـرْقِيْ
9. Mad Shilah Qashirah ~ مَدْ صِلَة قَصِيْرَة
10. Mad Shilah Thowilah ~ مَدْ صِلَة طَوِيْلَة
11. Mad Harfi ~ مَدْ حَرْفِيْ
12. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ~ مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُخَفَّفْ
13. Mad Lazim Harfi Mutsaqal ~ مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُثَقَّلْ
14. Mad Lazim Kilmi Mukhafaff ~ مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُخَفَّفْ
15. Mad Lazim Kilmi Mutsaqal ~ مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُثَقَّلْ
Mad Far'i terbagi menjadi beberapa yaitu :
1. Mad Wajib Muttashil ~ مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ
2. Mad Jaiz Munfashil ~ مَدْ جَائِزْ مُنْفَصِلْ
3. Mad 'Aridh Lissukun ~ مَدْ عَارِضْ لِلسُّكُوْنْ
4. Mad Badal ~ مَدْ بَدَلْ
5. Mad 'Iwadh ~ مَدْ عِوَضْ
6. Mad Layyin ~ مَدْ لَيِّنْ
7. Mad Tamkin ~ مَدْ تَمْكِيْنْ
8. Mad Farqi ~ مَدْ فَـرْقِيْ
9. Mad Shilah Qashirah ~ مَدْ صِلَة قَصِيْرَة
10. Mad Shilah Thowilah ~ مَدْ صِلَة طَوِيْلَة
11. Mad Harfi ~ مَدْ حَرْفِيْ
12. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ~ مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُخَفَّفْ
13. Mad Lazim Harfi Mutsaqal ~ مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُثَقَّلْ
14. Mad Lazim Kilmi Mukhafaff ~ مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُخَفَّفْ
15. Mad Lazim Kilmi Mutsaqal ~ مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُثَقَّلْ
1. Mad Wajib Muttashil ~ مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ dan 2. Mad Jaiz Munfashil ~ مَدْ جَائِزْ مُنْفَصِلْ
1. Mad Wajib Muttashil
Wajib artinya : harus.
Muttashil artinya : dalam satu kata.
Mad Wajib Muttashil adalah apabila Mad Thobi'i bertemu dengan Huruf Hamzah dalam satu kata, maka harus panjang 4 atau5 (lima) harakat ketika bersambung(washal), 6 harakat ketika berhenti (waqaf).
Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Wajib Muttashil dengan 5 ketukan maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Wajib Muttashil adalah sebagai berikut :
Panjang Mad Wajib Muttashil pada kata “sawa” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-2 hingga ketukan ke-6. Karena itu, praktek pembacaan Mad Wajib Muttashil adalah :
Ketukan ke-2 berbunyi “wa”. Pertahankan bunyi “wa” hingga ketukan ke-6. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Wajib Muttashil adalah “sawaaaaaun”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-2 hingga ketukan ke-6 TIDAK BOLEH TERPUTUS. Bunyi “a” akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya bunyi “un” pada ketukan ke-7.
2. Mad Jaiz Munfashil
Jaiz artinya : boleh.
Munfashil artinya : di luar kata.
Mad Jaiz Munfashil adalah apabila Mad Thobi'i bertemu dengan Huruf Hamzah (hamzah berupa huruf alif) di lain kata. Mad Thobi’i-nya terletak pada akhir sebuah kata, kemudian hamzah-nya terletak di awal kata berikutnya, dibaca panjangnya boleh 4 atau 5 harakat ketika bersambung(washal), 2 harakat ketika waqaf(berhenti).Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Jaiz Munfashil dengan 5 ketukan maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Jaiz Munfashiil adalah sebagai berikut:
Pada contoh di atas, ada 2 contoh yang masing-masing memuat Mad Thobi’i + Hamzah (dalam 2 kata). Itulah contoh Mad Jaiz Munfashil.
Saran:
Cara Membaca Mad Jaiz Munfashil :
Mad Wajib Muttashil adalah apabila Mad Thobi'i bertemu dengan Huruf Hamzah dalam satu kata, maka harus panjang 4 atau5 (lima) harakat ketika bersambung(washal), 6 harakat ketika berhenti (waqaf).
Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Wajib Muttashil dengan 5 ketukan maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Wajib Muttashil adalah sebagai berikut :
Pada contoh di atas, ada 4 kotak tulisan berwarna merah. Itulah contoh empat buah kata yang masing-masing memuat Mad Thobi’i + Hamzah (dalam 1 kata).
Itulah contoh Mad Wajib Muttashil.
Itulah contoh Mad Wajib Muttashil.
Cara Membaca Mad Wajib Muttashil :
Apabila diasumsikan panjang Mad Wajib Muttashil adalah 5 ketukan, maka cara membaca Mad Wajib Muttashil adalah sebagai berikut :
Apabila diasumsikan panjang Mad Wajib Muttashil adalah 5 ketukan, maka cara membaca Mad Wajib Muttashil adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-2 berbunyi “wa”. Pertahankan bunyi “wa” hingga ketukan ke-6. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Wajib Muttashil adalah “sawaaaaaun”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-2 hingga ketukan ke-6 TIDAK BOLEH TERPUTUS. Bunyi “a” akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya bunyi “un” pada ketukan ke-7.
2. Mad Jaiz Munfashil
Jaiz artinya : boleh.
Munfashil artinya : di luar kata.
Mad Jaiz Munfashil adalah apabila Mad Thobi'i bertemu dengan Huruf Hamzah (hamzah berupa huruf alif) di lain kata. Mad Thobi’i-nya terletak pada akhir sebuah kata, kemudian hamzah-nya terletak di awal kata berikutnya, dibaca panjangnya boleh 4 atau 5 harakat ketika bersambung(washal), 2 harakat ketika waqaf(berhenti).Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Jaiz Munfashil dengan 5 ketukan maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Jaiz Munfashiil adalah sebagai berikut:
Saran:
Agar bacaan terdengar bagus, sebaiknya, panjang Mad Jaiz Munfashiil disamakan dengan panjang Mad Wajib Muttashil, sehingga menjadi singkron. Bila Mad Wajib Muttashiil dibaca dengan durasi 5 ketukan, maka Mad Jaiz Munfashiil sebaiknya juga 5 ketukan.
Cara Membaca Mad Jaiz Munfashil :
Apabila diasumsikan panjang Mad Jaiz Munfashil adalah 5 ketukan, maka cara membaca Mad Jaiz Munfashiil adalah sebagai berikut:
Panjang bacaan Mad Jaiz Munfashil pada kata “idza” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-7. Karena itu, praktek pembacaan Mad Jaiz Munfashil adalah :
Ketukan ke-3 berbunyi “dza”. Pertahankan bunyi “dza” hingga ketukan ke-7. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Jaiz Munfashil adalah “waidzaaaaa-adh”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-7 TIDAK BOLEH TERPUTUS. Bunyi 'a' akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya bunyi 'adh' pada ketukan ke- 8.
~~~~~*~~~~~
Perbedaan Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil
Ada kesamaan rumus antara Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil. Keduanya timbul dari Mad Thobi’i + Hamzah. Bedanya hanya pada letak hamzah-nya saja. Pada Mad Wajib Muttashil, Hamzah terletak dalam satu kata. Sedangkan pada Mad Jaiz Munfashiil, Hamzah terletak pada kata yang berbeda.
Permasalahannya adalah : Bagaimana membedakan letak hamzah pada 1 kata atau tidak ?
Bagi yang pernah mempelajari bahasa arab, hal ini bukan masalah. Bagi yang tidak mengerti bahasa arab, bagaimana ? Banyak yang terjebak, ketika dalam ujian tahsin harus menentukan mana yang bernama Mad Wajib Muttashil dan mana yang Mad Jaiz Munfashil ? Tertukarnya jawaban dilatarbelakangi ketidaktahuan tentang bahasa arab.
Namun masih ada satu cara menentukan kedua jenis mad ini, yaitu dengan melihatBENTUK PENULISAN HAMZAH-nya.
Coba anda lihat, penulisan bentuk hamzah pada Mad Wajib Muttashil berikut :
Permasalahannya adalah : Bagaimana membedakan letak hamzah pada 1 kata atau tidak ?
Bagi yang pernah mempelajari bahasa arab, hal ini bukan masalah. Bagi yang tidak mengerti bahasa arab, bagaimana ? Banyak yang terjebak, ketika dalam ujian tahsin harus menentukan mana yang bernama Mad Wajib Muttashil dan mana yang Mad Jaiz Munfashil ? Tertukarnya jawaban dilatarbelakangi ketidaktahuan tentang bahasa arab.
Namun masih ada satu cara menentukan kedua jenis mad ini, yaitu dengan melihatBENTUK PENULISAN HAMZAH-nya.
Coba anda lihat, penulisan bentuk hamzah pada Mad Wajib Muttashil berikut :
Kemudian… bandingkan dengan penulisan bentuk hamzah pada Mad Jaiz Munfashil berikut :
Ternyata penulisan hamzah di depan (sebagai tanda mad jaiz) dan di belakang (sebagai tanda mad wajib) sangat berbeda.
3. Mad 'Aridl Lissukun ~ مَدْ عَارِضْ لِلسُّكُوْنْ dan 4. Mad Badal ~ مَدْ بَدَلْ
3. Mad 'Aridl Lissukun ~ مَدْ عَارِضْ لِلسُّكُوْنْ dan 4. Mad Badal ~ مَدْ بَدَلْ
3. Mad ‘Aridl Lissukun
Mad ‘Aridl Lissukuun adalah Mad Thobi'i yang diikuti oleh huruf hidup yang dimatikan, karena ada di akhir bacaan (posisi waqof).
Boleh jadi, akhir bacaan itu pas terjadi di akhir ayat (ditandai nomor ayat). Atau bisa juga terjadi di tengah ayat, yang karena terbatasnya nafas, bacaan harus terhenti sebelum akhir ayat. Mad ‘Aridl Lissukun hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof).
Durasi yang diperkenankan untuk Mad ‘Aridl Lissukun adalah 2, atau 4 atau 6 ketukan.
Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 2, 4 atau 6 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an kita dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad ‘Aridl Lissukuun dengan 4 ketukan, maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua akhir bacaan mad ini.
Untuk memperjelas penjelasan tentang Mad ‘Aridl Lissukun, mari kita simak contoh berikut:
Deret huruf yang ditampilkan dengan warna merah, itulah deret huruf yang menunjukkan Mad ‘Aridl Lissukun. Tentunya dengan syarat, bahwa pembaca akan mengakhiri bacaan pada setiap akhir ayat. Bila Surat Attiin dibaca total hanya dengan satu nafas (tidak berhenti kecuali di akhir surat) maka Mad ‘Aridl Lissukun hanya terjadi pada akhir ayat terakhir.
Untuk diingat, Mad ‘Aridl Lissukun hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof).
Cara Membaca Mad ‘Aridl Lissukuun
Dengan asumsi panjang Mad ‘Aridl Lissukuun adalah 4 ketukan, maka cara membaca Mad “Aridl Lissukuun adalah sebagai berikut:
Ketukan ke-7 berbunyi “ni”. Pertahankan bunyi “ni” hingga ketukan ke-10, sehingga bunyi “ni” akan bersambung dengan bunyi “n”. Jadi yang terdengar panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap contoh di atas adalah “wathuurisiiniiiin”. Bunyi “..n” pada ketukan ke-10 akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya ketukan ke-11.
4. Mad Badal.
Badal artinya : pengganti
Mad Badal yaitu pemanjangan suara pada Huruf Hamzah, sebagai pengganti hamzah yang dihilangkan. Panjang Mad Badal adalah 2 ketukan saja.
Badal artinya : pengganti
Mad Badal yaitu pemanjangan suara pada Huruf Hamzah, sebagai pengganti hamzah yang dihilangkan. Panjang Mad Badal adalah 2 ketukan saja.
Contoh Mad Badal adalah :
Cara Membaca Mad Badal
Sebelum kita memulai belajar cara membaca Mad Badal, kita review dulu aturan ketukan dalam membaca Alqur’an :
* Ketukan harus rata, tetap dan teratur
* Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
* Spasi tidak diketuk
* Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
* Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Badal, sebagaimana ilustrasi berikut :
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri atas 10 huruf. Karena spasi tidak mendapatkan ketukan, maka potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 10 ketukan yang sama, rata dan teratur.
Pada contoh di atas, bacaan mad badal terjadi pada ketukan ke-3 dan 4. Panduan cara membaca Mad Badal adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-3 berbunyi “a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-4. Bunyi “a” berakhir sebelum ketukan ke-5 saat bunyi “ma” diucapkan.
~~~~~*~~~~~
5. Mad 'Iwadh ~ مَدْ عِوَضْ dan 6. Mad Layyin ~ مَدْ لَيِّنْ
5. Mad ‘Iwadh
Mad ‘Iwadl yaitu mad yang terjadi ketika berwaqaf (berhenti membaca) pada huruf yang berakhiran fathatain (tanwin fathah) kecuali tanwin fathah pada ta' marbutah[ ـة ]. Mad ‘Iwadl panjangnya 2 ketukan saja.
Untuk ta' marbutah [ ـة ] yang berharakat fathah tanwin, jika diwakafkan tidak dibaca sebagai mad Iwadh namun dibaca sebagai h' mati (h).
Contoh Mad ‘Iwadl adalah :
Cara Membaca Mad ‘Iwadl
Sebelum kita memulai belajar cara membaca Mad ‘Iwadl, kita review dulu aturan ketukan dalam membaca Alqur’an :
* Ketukan harus rata, tetap dan teratur
* Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
* Spasi tidak diketuk
* Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
* Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad ‘Iwadl, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri atas 13 huruf. Karena spasi tidak mendapatkan ketukan, maka potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 13 ketukan yang sama, rata dan teratur.
Pada contoh di atas, bacaan mad ‘Iwadl terjadi pada ketukan ke-12 dan 13. Panduan cara membaca Mad ‘Iwadl adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-12 berbunyi “la”. Pertahankan bunyi “la” hingga ketukan ke-13. Yang dibaca panjang adalah suara “a”-nya. Bunyi “la” berakhir/hilang pada ketukan ke-14.
6. Mad Layyin
Layyin artinya : lembut.
Mad Lin (atau juga disebut Mad Layyin) adalah mad yang terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof/berhenti membaca) dengan formula : Huruf Layyin + satu huruf (yang sebenarnya hidup, tapi dimatikan, karena ada di posisi waqof).
Huruf Layyin yaitu wawu dan ya mati sebelumnya berharakat fathah, [ ـَ وْ / ـَ يْ]
Contoh Mad Layyin :
سَوْفَ ..dibaca سَوْفْ ~ sauuuuf
خَوْفٌ ..dibaca خَوْفْ ~ khauuuuf
بَيْتٌ .....dibaca بَيْتْ ~ baiiiit
شَيْءٍ ..dibaca شَيْءْ ~ syaiiii'
Mad Lin hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof) yang berformula tersebut di atas.
Mad Lin tidak mungkin terjadi di awal/tengah bacaan.
Durasi yang diperkenankan untuk Mad Lin adalah 2, atau 4 atau 6 ketukan.
Mana yang kita pilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 2, 4 atau 6 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an kita dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Lin dengan 4 ketukan, maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua akhir bacaan yang berformula mad ini.
Di antara contoh Mad Lin adalah seperti tersebut pada Surat Quroisy sebagaimana berikut:
Deret huruf yang ditampilkan dengan warna merah, itulah deret huruf yang menunjukkan formasi Mad Lin. Tentunya dengan syarat, bahwa pembaca akan mengakhiri bacaan pada setiap akhir ayat. Bila Surat Quroisy dibaca total hanya dengan satu nafas (tidak berhenti kecuali di akhir surat) maka Mad Lin hanya terjadi pada akhir ayat terakhir.
Untuk diingat, Mad Lin hanya terjadi pada akhir bacaan (posisi waqof).
Cara Membaca Mad Lin
Dengan asumsi panjang Mad Lin adalah 4 ketukan, maka cara membaca Mad Lin adalah sebagai berikut :
Panjang ketukan dari bunyi “roisy” adalah 4 ketukan, yaitu dari bunyi “ro” pada ketukan ke-8 hingga bunyi “..sy” pada ketukan ke-11. Karena itu, praktek pembacaan Mad Lin adalah :
Ketukan ke-8 berbunyi “ro”. Bunyi “i” dimulai pada ketukan ke-9. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-11, sehingga bunyi “roi” akan bersambung dengan bunyi “sy”. Jadi yang terdengar panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap contoh di atas adalah “li-iilaafiquroiiisy”. Bunyi “..sy” pada ketukan ke-11 akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya ketukan ke-12.
Perhatian :
Ketukan ke-8 berbunyi “ro”. Bunyi “i” dimulai pada ketukan ke-9. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-11, sehingga bunyi “roi” akan bersambung dengan bunyi “sy”. Jadi yang terdengar panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap contoh di atas adalah “li-iilaafiquroiiisy”. Bunyi “..sy” pada ketukan ke-11 akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya ketukan ke-12.
Perhatian :
Pada contoh di atas, “i” pada bunyi “roi” diucapkan secara halus, tersambung dengan bunyi “o” sehingga menjadi “oi”. Bunyi “i” tidak diucapkan sebagai konsonan yang mandiri, sehingga membaca secara terpotong “ro-iiisy” adalah salah. Pembacaan yang benar, adalah menggabungkan “oi” menjadi satu, yaitu bunyi “oi” terdengan halus.Saran :
Agar bacaan terdengar bagus, sebaiknya, panjang Mad Lin disamakan dengan panjang Mad ‘Aridl Lissukuun, sehingga menjadi singkron. Bila Mad ‘Aridl Lissukuun dibaca dengan durasi 4 ketukan, maka Mad Lin sebaiknya juga 4 ketukan.
Agar bacaan terdengar bagus, sebaiknya, panjang Mad Lin disamakan dengan panjang Mad ‘Aridl Lissukuun, sehingga menjadi singkron. Bila Mad ‘Aridl Lissukuun dibaca dengan durasi 4 ketukan, maka Mad Lin sebaiknya juga 4 ketukan.
~~~~~*~~~~~
7. Mad Tamkin ~ مَدْ تَمْكِيْنْ dan 8. Mad Farqi ~مَدْ فَـرْقِيْ
7. Mad Tamkin
Mad Tamkin yaitu mad yang terdapat pada huruf ya’ berganda, dimana ya' yang pertama bersimbol 'tasydid kasroh', dan ya' yang kedua bersimbol sukun/mati. Syaratnya adalah apabila ia tidak diikuti lagi dengan huruf hidup yang dimatikan (karena ada di akhir bacaan), karena kasus demikian itu akan berubah nama menjadi Mad ‘Aridl Lissukun. Panjang Mad Tamkin adalah 2 ketukan saja.
Mad Tamkin yaitu mad yang terdapat pada huruf ya’ berganda, dimana ya' yang pertama bersimbol 'tasydid kasroh', dan ya' yang kedua bersimbol sukun/mati. Syaratnya adalah apabila ia tidak diikuti lagi dengan huruf hidup yang dimatikan (karena ada di akhir bacaan), karena kasus demikian itu akan berubah nama menjadi Mad ‘Aridl Lissukun. Panjang Mad Tamkin adalah 2 ketukan saja.
Contoh Mad Tamkin adalah:
Sebelum kita memulai belajar cara membaca Mad Tamkin, kita review dulu aturan ketukan dalammembaca Al-Qur'an.
* Ketukan harus rata, tetap dan teratur
* Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
* Spasi tidak diketuk
* Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
* Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Tamkin, sebagaimana ilustrasi berikut:
* Ketukan harus rata, tetap dan teratur
* Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
* Spasi tidak diketuk
* Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
* Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Tamkin, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri atas 9 huruf. Namun, karena Mad Tamkin dihitung 2 ketukan (huruf bertasydid mendapatkan hak 2 ketukan), maka potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 10 ketukan yang sama, rata dan teratur.
Pada contoh di atas, bacaan Mad Tamkin terjadi pada ketukan ke-7 dan 8. Panduan cara membaca Mad Tamkin adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-7 berbunyi “yi”. Pertahankan bunyi “yi” hingga ketukan ke-8. Bunyi “yi” berakhir/hilang pada ketukan ke-9 saat pindah ke bunyi “tum”.
8. Mad Farqi
Mad Farqi adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dan Huruf Bertasyid. Durasi Mad Farqi adalah 6 kharokat.
Kasus mad ini hanya terjadi di 4 tempat dalam Al-quran, yaitu pada :
-surat Al-An’am (6) ayat 143 -144,
-surat Yunus (10) ayat 59 dan
-surat An-Naml (27) ayat 59.
Berikut ini adalah Mad Farqi (perhatikan tampilan berwarna merah) :
Cara Membaca Mad Farqi
Apabila diasumsikan panjang Mad Farqi adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Farqi adalah sebagai berikut :
Panjang bacaan Mad Farqi pada “aaaaaadz” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-8. Karena itu, praktek pembacaan Mad Farqi adalah :
Ketukan ke-3 berbunyi “a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-8. Pada ketukan ke-8, bunyi huruf tasydid setelahnya (dzal) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Farqi adalah “Qul aaaaaadzakaraini”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-3 hingga bunyi “dz” pada ketukan ke-8 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
Ketukan ke-3 berbunyi “a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-8. Pada ketukan ke-8, bunyi huruf tasydid setelahnya (lam) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Farqi adalah “Qul aaaaaalloohu”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-3 hingga bunyi “l” pada ketukan ke-8 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
9. Mad Shilah Qashirah ~ مَدْ صِلَة قَصِيْرَة dan 10 Mad Shilah Thowilah~ مَدْ صِلَة طَوِيْلَة
9. Mad Shilah Qashirah
Mad Shilah Qashirah yaitu pemanjangan suara pada huruf ha dlomir (suara hii atau huu kata ganti orang ketiga tunggal) dengan syarat tidak diikuti huruf hamzah sesudahnya.
Suara hi atau hu pada kata ganti orang ketiga, akan dipanjangkan ketika diapit oleh huruf-huruf hidup.
Pemanjangan suara pada huruf ha dlomir tidak disebabkan oleh huruf mad, tetapi karena diapit oleh huruf hidup. Mad Shilah Qoshiroh panjangnya 2 ketukan saja.
Mad Shilah Qashirah yaitu pemanjangan suara pada huruf ha dlomir (suara hii atau huu kata ganti orang ketiga tunggal) dengan syarat tidak diikuti huruf hamzah sesudahnya.
Suara hi atau hu pada kata ganti orang ketiga, akan dipanjangkan ketika diapit oleh huruf-huruf hidup.
Pemanjangan suara pada huruf ha dlomir tidak disebabkan oleh huruf mad, tetapi karena diapit oleh huruf hidup. Mad Shilah Qoshiroh panjangnya 2 ketukan saja.
Contoh Mad Shilah Qoshiroh :
Cara Membaca Mad Shilah Qoshiroh
Sebelum kita memulai belajar cara membaca Mad Shilah Qoshiroh, kita review dulu aturan ketukan dalam membaca Alqur’an:
* Ketukan harus rata, tetap dan teratur
* Setiap khuruf mendapatkan hak 1 ketukan
* Spasi tidak diketuk
* Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
* Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Shilah Qoshiroh, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri atas 14 huruf. Namun, karena Mad Shilah Qoshiroh dihitung 2 ketukan, maka potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 15 ketukan yang sama, rata dan teratur.
* Ketukan harus rata, tetap dan teratur
* Setiap khuruf mendapatkan hak 1 ketukan
* Spasi tidak diketuk
* Huruf Sukun (mati) tetap mendapatkan hak 1 ketukan
* Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan
Mari kita simak dan praktekkan bersama, cara pembacaan Mad Shilah Qoshiroh, sebagaimana ilustrasi berikut:
Penggalan ayat tersebut di atas, terdiri atas 14 huruf. Namun, karena Mad Shilah Qoshiroh dihitung 2 ketukan, maka potongan ayat tersebut harus dibaca dalam 15 ketukan yang sama, rata dan teratur.
Pada contoh di atas, bacaan mad Shilah Qoshiroh terjadi pada ketukan ke-8 dan 9. Panduan cara membaca Mad Shilah Qoshiroh adalah sebagai berikut :
Ketukan ke-8 berbunyi “hu”. Pertahankan bunyi “hu” hingga ketukan ke-9. Bunyi “hu” berakhir/hilang pada ketukan ke-10 saat pindah ke bunyi “hif"
Jika setelah Mad Silah didahului huruf yang mati maka tidak jadi mad, dan dibaca biasa. Kecuali pada surat Al-Furqan 69 yang disebut "Mad Mubalagoh" dan dibaca panjang 2 harakat. Mad ini hanya terdapat disini saja.
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا ~ wayakhlud-fiihiimuhaanaa
10. Mad Shilah Thowilah
Mad Shilah Thowilah terjadi apabila Mad Shilah Qoshiroh diikuti Huruf Hamzah.Ukuran panjangnya adalah 4 sampai 5 harakat.
Mana yang dipilih ? Intinya adalah bukan pada pilihan 4 atau 5 ketukan, tetapi pada ke-konsisten-an dalam mempraktekkannya. Misalnya, jika kita memilih membaca Mad Shilah Thowilah dengan 5 ketukan, maka kita harus konsisten mempraktekkannya pada semua bacaan yang berformula mad ini.
Berikut ini adalah contoh Mad Shilah Thowilah (perhatikan tampilan berwarna merah):
Agar bacaan terdengar bagus, sebaiknya, panjang Mad Shilah Thowilah disamakan panjangnya dengan Mad Jaiz Munfashil dan Mad Wajib Muttahil, sehingga menjadi singkron. Bila Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil dibaca dengan durasi 5 ketukan, maka Mad Shilah Thowilah sebaiknya juga dibaca dengan panjang 5 ketukan.
Cara Membaca Mad Shilah Thowilah
Apabila diasumsikan panjang Mad Shilah Thowilah adalah 5 ketukan, maka cara membaca Mad Shilah Thowilah adalah sebagai berikut :
Panjang bacaan Mad Shilah Thowilah pada “hiiiii illa” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-6 hingga ketukan ke-10. Karena itu, praktek pembacaan Mad Shilah Thowilah adalah :
Ketukan ke-6 berbunyi 'hi'. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-10. Yang terdengar panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Shilah Thowilah adalah “Min ‘ilmihiiiii illa”. Bunyi vokal “i” dari ketukan ke-6 hingga ketukan ke-10 TIDAK BOLEH TERPUTUS. Bunyi “i” akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya bunyi “il” pada ketukan ke-11.
Panjang bacaan Mad Shilah Thowilah pada “hiiiii illa” adalah 5 ketukan, yaitu dari ketukan ke-6 hingga ketukan ke-10. Karena itu, praktek pembacaan Mad Shilah Thowilah adalah :
Ketukan ke-6 berbunyi 'hi'. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-10. Yang terdengar panjang adalah suara “i”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “i” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Shilah Thowilah adalah “Min ‘ilmihiiiii illa”. Bunyi vokal “i” dari ketukan ke-6 hingga ketukan ke-10 TIDAK BOLEH TERPUTUS. Bunyi “i” akan menghilang berbarengan dengan jatuhnya bunyi “il” pada ketukan ke-11.
Catatan :
a. Apabila sebelum kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki[ هِ / هُ] terdiri dari huruf mati (bersukun), maka tidak berlaku mad shilah. Contoh : عَلَيْهِ ☼ عَنْهُ ☼ فِيْهِ ☼لَدُنْهُ
b. Kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki pada kata [فِيْهِ] dalam surat Al-Furqan ayat 69, walaupun sebelumnya terdiri dari huruf yang bersukun, tetap dibaca panjang dua harakat
seperti : وَيَخْلُدْ فِيْـهِ مُهَانًا ~ wayakhlud fiihiimuhaanaa
c. Ta' Marbuthah [ هِ / هُ] yang bukan kata ganti, walaupun diapit oleh huruf hidup, tidak berlaku mad.
Contoh : لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ
– Surat Al-Alaq [96] : 15
– Surat Asy-Syu’ara [26] : 116 dan 167
– Surat Maryam [19] : 46
– Surat Al-Ahzab [33] : 60
dan مَا نَفْقَهُ Surat Huud [11] : 91 -
dan فَوِاكِهُ Surat Al-Mu’minun [23] : 19
– Surat Ash-Shaffaat [37] : 42
– Surat Al-Mursalaat [77] : 42.
Dan juga يَرْضَهُ لَكُمْ Surat Az-Zumar [39] : 7
~~~~~*~~~~~
11. Mad Harfi
Mad Harfi adalah bacaan panjang pada Huruf Muqotho'ah. Huruf Muqotho’ah adalah huruf yang dibaca sebagaimana Nama Hurufnya. Huruf Muqotho’ah terdapat pada ayat pertama surat-surat tertentu sebagai pembuka surat. Oleh karena itu Huruf Muqotho’ah juga disebut Fawatikhus Suwar.
Secara garis besar, Huruf Muqotho’ah dibaca dengan 3 pola sebagai berikut :
Secara garis besar, Huruf Muqotho’ah dibaca dengan 3 pola sebagai berikut :
Pertama : Tidak ada mad (pemanjangan suara) yaitu huruf Alif. Huruf Alif sebagai Huruf Muqotho’ah dibaca dengan bunyi “Alif”
Kedua : Mad sepanjang 2 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut:
Ketiga : Mad sepanjang 6 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut :
Huruf berwarna merah dibaca dengan durasi 2 ketukan, sedangkan huruf berwarna biru panjangnya 6 ketukan.
Bagaimana cara membedakan huruf yang dibaca 2 ketukan dan 6 ketukan ? Perhatikan bedanya ! Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 2 huruf, maka ia dibaca 2 ketukan (seperti : ro', ha, ya, tho dan kha). Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 3 huruf, maka ia dibaca 6 ketukan, seperti : nun, qaf, shod, ‘ain, sin, lam, kaf dan mim).
Bagaimana cara membedakan huruf yang dibaca 2 ketukan dan 6 ketukan ? Perhatikan bedanya ! Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 2 huruf, maka ia dibaca 2 ketukan (seperti : ro', ha, ya, tho dan kha). Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 3 huruf, maka ia dibaca 6 ketukan, seperti : nun, qaf, shod, ‘ain, sin, lam, kaf dan mim).
Mad Lazim Harfi Mukhoffaf adalah Mad Thobi'i yang bertemu sukun yang terjadi pada rangkaian huruf-huruf Muqotho’ah. Durasi Mad Lazim Harfi Mukhoffaf adalah 6 ketukan.
Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
Dinamakan Harfi karena mad itu terjadi pada huruf.
Dinamakan Mukhoffaf, karena ringan mengucapkannya tanpa bertasydid.
Contoh Mad Lazim Harfi Mukhoffaf adalah :
Huruf-huruf yang ditampilkan dengan warna biru, itulah yang disebut Mad Lazim Harfi Mukhoffaf.
Cara membaca Mad Lazim Harfi Mukhoffaf :
13. Mad Lazim Harfi Mutsaqol
Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah Mad Thobi'i yang bertemu dengan tasydid (karena idghom) yang terjadi pada rangkaian Huruf Muqotho’ah. Durasi Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah 6 ketukan.
Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
Dinamakan Harfi karena mad itu terjadi pada huruf.
Dinamakan Mutsaqqal, karena berat mengucapkannya akibat adanya tasydid pada sukun tersebut.
Contoh Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah:
Huruf "lam" yang bertemu huruf "mim" dan huruf '"sin" yang bertemu huruf "mim", masing-masing menimbulkan tasydid dan menjadi idghom. Itulah yang disebut dengan Mad Lazim Harfi Mutsaqol.
Cara Membaca Mad Lazim Harfi Mutsaqol :
Panjang bacaan Mad Lazim Harfi Mutsaqol pada “siiiiin” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-8. Dan panjang bunyi “miiiiim” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-12 hingga ketukan ke-17. Diantara keduanya (siiiiin dan miiiiim) ada bunyi ghunnah (dengung), karena sifat bunyi “n” akan melebur ke bunyi “m”. Durasi bacaan ghunnah adalah 4 ketukan, dari ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12. Karena itu, praktek pembacaan Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah :
Ketukan ke-3 berbunyi “si”. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-8. Yang terdengar panjang adalah bunyi “i”-nya. Bunyi “i” dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-8 tidak boleh terputus. Bunyi “i” tersebut menghilang bersamaan dengan tersambarnya bunyi “m” pada ketukan ke-8.
Dengungnya bunyi “m” dimulai sejak ketukan ke-8, namun mulai dihitung ketukannya sejak ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12. Dengungan suara “m” sejak ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12 tidak boleh terputus. Bunyi dengung “m” akan menghilang bersamaan dengan bunyi “mi” pada ketukan ke-12.
Bersamaan dengan ketukan ke-12 terdengar bunyi “mi”. Pertahankan bunyi “i” hingga ketukan ke-17. Yang terdengan panjang adalah bunyi “i”-nya. Bunyi “i” dari ketukan ke-12 hingga ketukan ke-17 tidak boleh terputus. Bunyi “i” tersebut menghilang bersamaan dengan tersambarnya bunyi “m” pada ketukan ke-17. Bunyi “m” terakhir, menghilang bersamaan dengan jatuhnya ketukan ke-18
.
Contoh lain dari Mad Lazim Harfi Mutsaqol adalah sebagai berikut :
14. Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf
Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dengan huruf bertanda sukun (mati). Durasi Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah 6 harokat.
Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
Dinamakan Kalimi karena mad itu terjadi dalam satu kata.
Dinamakan Mukhoffaf, karena ringan mengucapkannya, dengan tidak adanya tasydid.
Kasus mad ini hanya terjadi di 2 tempat dalam Al-quran, yaitu pada surat Yunus (10) ayat 51 dan 91.
Berikut ini adalah Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf (perhatikan tampilan berwarna merah) :
CARA MEMBACA MAD LAZIM KALIMI MUKHOFFAF
Apabila diasumsikan panjang Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah sebagai berikut :
Panjang bacaan Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf pada “aaaaaal” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-1 hingga ketukan ke-6. Karena itu, praktek pembacaan Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah :
Ketukan ke-1 berbunyi “a”. Pertahankan bunyi “a” hingga ketukan ke-6. Pada ketukan ke-6, bunyi huruf lam sukun setelahnya (l) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “a”-nya. Kira-kira, kalau satu huruf “a” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah “aaaaaal-aana”. Bunyi vokal “a” dari ketukan ke-1 hingga bunyi “l” pada ketukan ke-6 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
15. Mad Lazim Kalimi Mutsaqol
Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah Mad yang terjadi dari Mad Thobi’i yang diikuti oleh huruf bertasydid, dimana keduanya masih berada pada satu kata. Bila tanda tasydid berada di lain kata, maka tidak terjadi mad. Durasi Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah 6 harokat.
Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
Dinamakan Kalimi karena mad itu terjadi pada kata.
Dinamakan Mutsaqqal karena berat mengucapkannya.
Berikut ini adalah contoh Mad Lazim Kalimi Mutsaqol (perhatikan tampilan berwarna merah)
Membaca Mad Lazim Mutsaqol Kalimi
Apabila diasumsikan panjang Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Lazim Kalimi Mutsaqol adalah sebagai berikut:
Panjang bacaan Mad Lazim Kalimi Mutsaqol pada “dloooooolliina” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-4 hingga ketukan ke-9
G. Hukum ra’
Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
* Bacaan ra’ harus dikasarkan apabila:
1. Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
2. Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2. Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).
H. Qalqalah
Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba’ (ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ
I. Waqaf (وقف)
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
- ﺗﺂﻡّ (taamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ﻛﺎﻒ (kaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ﺣﺴﻦ (Hasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
- ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1. Tanda mim ( مـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.tanda jim ( ﺝ ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ ) bermaksud lebih baik tidak berhenti
5. tanda sad ( ﺹ ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya’ ( ﺻﻠﮯ ) merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;
7. tanda qaf ( ﻕ ) merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ﺼﻞ ) merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan
9. tanda Qif ( ﻗﻴﻒ ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti
10. tanda sin ( س ) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ﻙ ) merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).